Searching...
Selasa, 29 Maret 2011

Ciung Wanara

(Poster Ciung Wanara)
 Anka Adika Production mempersembahkan pagelaran berjudul Ciung Wanara yang di pentaskan pada :
- GKRS                         : 2 - 20 Maret 2011
- Taman Budaya Jabar   : 24 - 27 Maret 2011
- Umum dan Mahasiswa : 9 - 14 Mei 2011

Tokoh :
- Ciung Wanara
- Hariang Banga
- Raja Prabu Barma Wijaya Kusuma
- Dewi Pangrenyep (Ibu Hariang Banga)
- Naganingrum (Ibu Ciung Wanara)
- Aki (Ayang Angkat Ciung Wanara)
- Nini Balangantrang (Ibu Angkat Ciung Wanara)
- Pengawal 1
- Pengawal 2
- Ayam Ciung
- Ayam Raja
- Warga
- Dayang 1
- Dayang 2
- Lengser

(adegan mengadakan syukuran akikahan Hariang Banga)
Ciung Wanara menceritakan Legenda dari Jawa Barat. Prabu Barma Wijaya Kusuma memerintah kerajaan Galuh yang sangat luas. Permaisurinya 2 orang. Yang pertama bernama Naganingrum dan yang kedua bernama Dewi Pangrenyep. Keduanya sedang mengandung, pada bulan ke-9 Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra. Raja sangat bersuka cita dan sang putra diberi nama Hariang Banga maka dengan suka dan cita Raja mengundang para warga untuk mengadakan syukuran akikah untuk Hariang Banga.



(terlihat dari kanan, 
dua pengawal, ibu Hariang Banga,
 dan Hariang Banga
sedang menonton pertandingan adu Ayam)
Hariang Banga telah berusia 3 bulan, namun permaisuri Naganingrum belum juga melahirkan. Khawatir kalau-kalau Naganingrum melahirkan seorang putra yang nanti dapat merebut kasih sayang raja terhadap Hariang Banga, Dewi Pangrenyep bermaksud hendak mencelakakan putra Naganingrum. Setelah bulan ke-13 (dalam waktu yang sebenarnya) Naganingrum pun melahirkan. Atas upaya Dewi Pangrenyep tak seorang dayang-dayang pun diperkenankan menolong Naganingrum, melainkan Pangrenyep sendiri yang dibantu oleh dayang-dayang kepercayaan Pangrenyep. Pangrenyep dan dayang-dayang membantu proses melahirkan Naganingrum, dan ketika proses melahirkan selesai, bayi Naganingrum diganti dengan seekor Kirik (anak anjing), bayi Naganingrum dimasukan kedalam peti dan disimpanlah sebutir telur didalam peti itu lalu dibuang kesungai Citanduy.

Dengan kelihaiannya Pangrenyep mengadu kepada Prabu Barma Wijaya Kusuma bahwa Naganingrum telah melahirkan seekor Kirik. Karena aib yang ditimbulkan Naganingrum yang telah melahirkan seekor Kirik, raja sangat murka dan menyuruh Si Lengser (pegawai istana) untuk membunuh Naganingrum. Si Lengser tidak sampai hati melaksanakan perintah raja terhadap Naganingrum, permaisuri junjungannya. Naganingrumi diantarkannya ke hutan dan menyuruh Naganingrum untuk segera pergi, dan melaporkan bahwa tugas Lengser membunuh Naganingrum telah dilaksanakannya.



(adegan bernyanyi menceritankan asal-muasal Ciung Wanara)


Adalah seorang Aki bersama istrinya, Nini Balangantrang, tinggal di desa Geger Sunten tanpa bertetangga. Sudah lama mereka menikah, tetapi belum dikarunia anak. Suatu malam Nini bermimpi kejatuhan bulan purnama. Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan sang suami mengetahui takbir mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki. Malam itu juga Aki pergi ke sungai membawa jala untuk menangkap ikan.

Betapa terkejut dan gembira ia mendapatkan kandaga emas yang berisi bayi beserta telur ayam, Mereka asuh bayi itu dengan sabar dan penuh kasih sayang. Telur ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya hingga menjadi seekor ayam jantan yang ajaib dan perkasa. Anak angkat ini mereka beri nama Ciung Wanara.

(adegan Prabu Barma Wijaya Kusuma
mengadakan sabung ayam)
Setelah besar bertanyalah Ciung Wanara kepada ayah dan ibu angkatnya. Terus terang Aki dan Nini menceritakan tentang asal-usul Ciung Wanara. Setelah mendengar cerita ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ciung Wanara akan dirinya.

Suatu hari Ciung Wanara pamit untuk menyabung ayamnya dengan ayam raja, karena didengarnya raja gemar menyabung ayam. Taruhannya ialah, bila ayam Ciung Wanara kalah ia rela mengorbankan nyawanya. Tetapi bila ayam raja kalah, raja harus bersedia mengangkatnya menjadi putra mahkota. Raja menerima dengan gembira tawaran tersebut.

Sebelum ayam berlaga, ayam Ciung Wanara berkokok dengan anehnya, melukiskan peristiwa benahun-tahun yang lampau tentang permaisuri yang dihukum mati dan kandaga emas yang berisi bayi yang dihanyutkan. Raja tidak menyadari hal itu, tetapi sebaliknya Si Lengser sangat terkesan akan hal itu.Bahkan ia menyadari sekarang Ciung Wanara yang ada di hadapannya adalah putra raja sendiri.


(adegan Prabu Barma Wijaya Kusuma bertemu
 kembali dengan Naganingrum)
Setelah persabungan, ayam baginda kalah dan ayam Ciung Wanara menang. Raja menepati janji dan Ciung Wanara diangkat menjadi putra mahkota. Dalam pesta pengangkatan putra mahkota, raja membagi 2 kerajaan untuk Ciung Wanara dan Hariang Banga. Selesai pesta pengangkatan putra mahkota Si Lengser bercerita kepada raja tentang hal yang sesungguhnya mengenai permaisuri Naganingrum dan Ciung Wanara.

Mendengar cerita itu raja memerintahkan pengawal agar Dewi Pehgrenyep ditangkap. (dey)






0 komentar:

Posting Komentar

Komentarnya Yow ...

 
Back to top!