Searching...
Senin, 17 Oktober 2011

Nyai Dasima

Anka Adika Production mempersembahkan Teater Musikal yang berjudul Nyai Dasima yang di perankan oleh :
- Lucia, Ria, Rifa, ----- (sebagai) Nyai Dasima
- Dian Haydn, Hasan Atjim, ----- (sebagai) Tuan Edward
- Tarub, Nanang Id, ----- (sebagai) Samiun
- Iyan Usn, Dani Pub, Openk, Wahyu Piit, Akmal ----- (sebagai) Para Pemuda Desa Kahuripan
- Fitri, Dhanu, Syifa, ----- (sebagai) Hayati
- Dhanu, Yophi, ----- (sebagai) Nyak Leha
- Intan, Liska, ----- (sebagai) Nancy
- Abas, Tyson, ----- (sebagai) Ajudan Tuan Edward
- Deri Deygorro, Januar, Surya, ----- (sebagai) Bang Puase
- Para Pemain Pendukung Pagelaran Nyai Dasima


Nyai Dasima adalah wanita yang cantik, ia adalah seorang pemetik teh di kebun milik Edward. Edward mengetahui bahwa ada pekerja cantik di perkebunannya, lalu ia penasaran ingin menemui wanita cantik yang bernama Nyai Dasima itu.
Setelah bertemu dengan Dasima, tuan Edward langsung terpikat dan ingin langsung mempersunting Dasima. Pada awanya Dasima menolak karena ia tidak mau menikah dengan orang yang menjajah negerinya, namun ia dipaksa untuk menikah dengan Edward.



Hasil hubungan mereka membuahkan seorang anak wanita bernama Nancy.


Meskipun telah beranak, Dasima tetap cantik seperti masa perawannya. ltulah yang mendorong tuan Edward laki-Iaki asal Inggris tak segan-segan memberikan sebuah rumah serta para pembantu yang siap melayani keperluan Dasima. Semula Dasima dan tuan Edward menetap di Curug Tangerang, kemudian pindah ke Pejambon.






Setiap lelaki dewasa yang lewat didepan rumahnya, manakala melihat Nyai Dasima, maka menitiklah air liur mereka. Bagi mereka yang telah beristeri, tumbuh sesaat penyesalan, mengapa tidak beristerikan wanita itu saja, pastilah hidup bahagia cahaya kecantikan yang terpancar dari bola mata dan liuk lekuk tubuhnya.


Bagi lelaki perjaka dan duda, ada setetes keinginan untuk memperisterikan Nyai Dasima. Sungguh, ada magnit yang melekat ditubuhnya membuat lelaki secara refleks mengalih pandang kearah rumah Dasima dan berharap bisa melihat meskipun sehelai rambut lewat jendela. Samiun lelaki yang beruntung karena punya paman seorang tentara dengan jabatan Komandan Onder Distrik Gambir, sehingga punya peluang untuk berkesempatan masuk ke rumah Nyai Dasima atas urusan pamannya. Samiun sekalipun telah beristerikan Hayati, tetapi melihat Nyai Dasima, goncanglah ketahanan jiwanya. Hayati isterinya yang dahulu dipuja dan diburu kini baginya hampir bagaikan kendaraan tua rongsokan bilamana dibandingkan dengan Nyai Dasima ibarat kereta kencana para raja. Samiun tergila-gila dan merubuhkan pilar imannya, menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan seorang Nyai Dasima yang dimatanya bagaikan Cleopatra seperti dalam Mitologi Yunani ataupun bagaikan Sinta dalam cerita pewayangan.


Samiun dengan segala daya upaya mengumpulkan uang, lalu mencari Haji Salihun di Pecenongan untuk minta guna-guna agar bisa memetik kuntum Pejambon, Nyai Dasima yang cantik rupawan. Samiun dengan akal liciknya berhasil menyuap mak Buyung untuk menjadi perantara sekaligus ujung tombak panah asmaranya agar bisa menancap direlung hati Nyai Dasima.


Berbekal sehelai rambut Nyai Dasima yang diperoleh lewat tangan kotor mak Buyung, mengendalikan permainan mistik. Nyai Dasima berubah, kini Samiun dimatanya adalah pria tergagah di Batavia, yang tak sebanding bilaman dijejer dengan Edward yang tak lebih dari lelaki tua karatan yang tak ada harga di pasar Senen. Melalui permainan mistik, Nyai Dasima menyongsong Samiun yang menanti ditepi kali dengan getek bambu. Mereka pergi kerumah Mak Soleha ibunya Samiun. Nyai Dasima menetap di rumah itu, di bilangan Kwitang.


Sebelum menggelar rencana, Samiun telah berkolusi dengan Hayati sang isteri. Dengan janji harta untuk Hayati, disetujui Samiun menikahi Nyai Dasima dengan harapan dapat meraup harta. Persetujuan isterinya membuat Samiun percaya diri dalam mendapatkan Nyai Dasima.


Perempuan cantik kembangnya Pejambon, kini berada dalam rumahnya, menurutnya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Samiun memanggil penghulu agama dan pernikahan dilangsungkan. Ketika pernikahan berlangsung di tangan Nyai Dasima ada nilai harta sebesar 6000 Gulden, suatu jumlah yang sungguh banyak dibanding gaji seorang wedana di Batavia tak lebih dari 50 Gulden.


Samiun menyayangi Nyai Dasima, demikian juga Mak Soleha serta Hayati. Namun berangsur hari dan makin susut rasa sayang tersebut karena harta yang dibawa Nyai Dasima semakin berkurang dan akhirnya ludes. Kini Nyai Dasima menjadi beban mereka. Sebenarnya masih ada hartanya, tetapi di Pejambon dan itu tak mungkin diambil.


Melihat perilaku Hayati, Mak Soleha dan Samiun yang berubah total, Nyai Dasima sadar bahwa dirinya menjadi objek Samiun, Hayati dan Mak Soleha. Nyai Dasima tak tahan lagi dan minta cerai. Samiun setuju menceraikan dengan syarat harta Nyai Dasima yang ada di Pejambon pemberian tuan Edward harus diserahkan pada Samiun.


Hayati sangat berperan dalam menentukan langkah Samiun. Hayati terus mendesak agar Samiun bisa memperoleh harta Nyai Dasima. Dengan berbagai upaya Samiun mencoba melunakkan hati Nyai Dasima agar bersedia mengalihkan hartanya, tetapi hal itu sulit dilakukan Nyai Dasima. Tidak mungkin ia kembali ke Pejambon menemui tuan Edward, jangan-jangan kemurkaan dan penjara yang didapatnya karena telah mempermalukan tuan Edward dimata orang Belanda dan Eropa umumnya.


Samiun menceraikan Nyai Dasima tetapi tak mendapatkan hartanya, sementara Nyai Dasima tetap berada di rumah karena tak punya saudara di Batavia, tak punya uang lagi untuk pulang ke kampungnya, tak punya keberanian menemui tuan Edward untuk memohon pengampunan atas kecurangan yang dilakukannya.


Hayati menjadi semakin kesal melihat Nyai Dasima yang telah berubah menjadi beban bagi keluarganya. Hayati mendesak Samiun
untuk menyingkirkan Nyai Dasima.


"Buat apaan dia disitu, kalo nyusahin kite Un", ujar Hayati pada Samiun.


"Sabar, Gue pan mesti mikir gimane caranya" jawab Samiun. Samiun yang terus didesak oleh Hayati untuk mengusir Nyai Dasima karena tidak bermanfaat lagi baginya, serta ketidaktepatan janji Samiun linglung dan mengambil keputusan penuh yaitu menghabisi nyawa Nyai Dasima.


Untuk melakukan hal itu, Samiun tak sanggup sendiri, perlu menggunakan tangan orang lain. Untuk hal itu, Samiun menyewa bang Puasa jagoan dari Kwitang dengan upah 100 Pasmat. Samiun merundingkan teknis pelaksanaan penghabisan nyawa Nyai Dasima. Akhirnya mereka menyepakati cara terbaik yang harus dilakukan Samiun menyerahkan panjar sebesar 5 pasmat kepada bang Puasa, kemudian kembali ke rumahnya.


Sikap Samiun mengembangkan senyum yang manis sekali kepada Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi kaget, mengapa Samiun bukannya mengusir Nyai Dasima malah berbaikan. Hayati yang mendengarkan cerita dari Mak Soleha tentang sikap barn Samiun menjadi sangat kesal. Ingin saja ia pergi ke rumah itu untuk menghabisi nyawa Nyai Dasima.


Sikap Samiun yang simpatik dan terkesan melindunginya membuat semangat Nyai Dasima tumbuh, serta hadir perasaan menyayangi kepada Samiun. Samiun mengajak Nyai Dasima ke kampung Ketapang untuk mendengarkan' pertunjukan seni tutur tentang Amir Hamzah. Nyai Dasima yang telah melimpahkan harapannya kepada Samiun langsung setuju dengan ajakan tersebut. Nyai Dasima berharap mungkin malam ini adalah malam terindah
dengan Samiun, dapat berjalan dibawah sinar rembulan sambil bercengkerama menumpahkan perasaannya selama ini terkandas di dasar lautan kebencian Hayati dan Mak Soleha.


Nyai Dasima segera bersolek secantik mungkin dengan sisa bahan kecantikan yang dimilikinya. Mak Soleha menjadi jijik dan hampir saja meludahi muka Nyai Dasima, untung ada Samiun sehingga masih ada rasa segan pada sang anak. Mak Soleha memanggil Samiun dan berkata,
"Un apa gue nggak saleh pandang ?"
"Ada ape nyak ?""Bukannye orang itu udah lu ceraiin ?""Pan dulu nyak, sekarang pan laen.""Laen apenye, apa elmu pelet ngebalik ame diri lu ?""Lha bukan nyak."


Mak Soleha menjadi aneh dengan perilaku Samiun, jangan-jangan ilmu pelet Samiun menjadi bumerang buat Samiun. Hayati yang mendengarkan laporan Mak Soleha kelihatannya acuh tak acuh. Hayati sendiri sudah hilang kesabaran atas janji Samiun yang akan memberikan harta yang banyak buatnya. Sekarang Hayati masa bodoh, tak ada gunanya berharap lagi, dan rasanya tak ada urusannya lagi dengan Nyai Dasima dan Samiun.
"Ti... lu kok masa bodoh ?" tanya Mak Soleha keheranan.
"Abis, mau diapain lagi, gua nggak percaya ame Samiun".
"Kalau Samiun jadi pergi dengan Nyai Dasima dan nggak balik lagi pegimane ?".
"Biarin, gue juga bisa cari lelaki laen."
"Astaghfirullah !"
"Percuma nyak ngucap kalu niatnya nggak baek ame orang itu."
Mak Soleha menjadi kaget dengan pernyataan Hayati seakan menuding dirinya ikut dalam permainan kotor mendapatkan harta milik Nyai Dasima. Mak Soleha menjadi bend dengan Hayati dan bertekad minta pada Samiun untuk menceraikan Hayati, biarlah dengan Nyai Dasima saja. Mak Soleha berubah pikiran dan menyesali sikapnya yang sempat membenci Nyai Dasima belakangan ini. Mak Soleha segera kembali ke rumahnya tetapi mendapati Samiun dan Nyai Dasima telah pergi. (sumber : forum.detik.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarnya Yow ...

 
Back to top!